Mengintip Gambar Anak karya Rhys Allen Basa Wood dengan Teori Bahasa Rupa Primadi Tabrani

        Haloooo! Sudah lama tidak nulis di Blog ini. Bisa dibilang lama banget hehehe oke baiklah. Tulisan pertama setelah beberapa tahun ini bakal ngebahas tentang gambar anak. Gambar anak itu menurut penulis adalah karya seni yang paling jujur, soalnya anak-anak biasanya belum terpengaruh oleh banyak hal, pun sudah ikut ke beberapa sanggar lukis. Jiwa anak-anak juga cenderung lebih bebas berekspresi dan sangat menikmati kebebasan tersebut tanpa adanya sebuah sadar. 

        Pada Desember 2021, penulis berkesempatan untuk mendatangi sebuah pameran seni yang diadakan di salah satu sekolah swasta di daerah Panjer, Denpasar, Bali. Disana penulis menjumpai perlbagai macam karya seni lukis dan gambar yang dibuat oleh para siswa dan siswi dari sekolah swasta tersebut. Ada banyak sekali karya seni yang menarik perhatian dan tidak sedikit karya dari siswa sekolah dasar hingga SMA dipajang pada selling sections. Ya! beberapa karya dijual dari harga seratus ribu hingga kira-kira satu juta rupiah. Salah satu karya yang menarik perhatian penulis di bagian tersebut adalah karya Rhys Allen Basa Wood. Karya yang bisa dibilang clean dengan ciri khas anak laki-laki dan guratannya sangat natural tanpa dibuat-buat. Akhirnya penulis memutuskan untuk membeli karya anak Sekolah Dasar kelas enam tersebut tanpa berfikir panjang.

        Dikutip pada buku "Gambar Anak dan kisah-kisahnya" yang ditulis oleh Della Naradika, Della menuliskan sebuah pernyataan bahwa "Tujuan dan fungsi mata pelajaran Seni Rupa sebenarnya bukan untuk mendidik anak agar kelak menjad perupa atau seniman, melainkan sebagai stimulus bagi mereka dalam mencerap ilmu pengetahuan lain". Sebuah pernyataan yang membuat saya sedikit tersentak dan terharu, ternyata peran Seni Rupa adalah sebuah stimulus bagi ilmu lain yang apabila dianalogikan Seni Rupa sama posisinya dengan ilmu pasti lain. Wah kalau mau bahas itu kayanya panjang banget, nanti penulis tambahin lagi yeee. Hemat ini, penulis akan memamerkan sebuah tulisan hasil tugas kuliah penulis tentang kritik seni hehehe 

        Edmund Feldman merupakan seorang sosok lahir di Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat pada 6 Mei 1924. Beliau mendapat gelar Barchelor of Fine Art di Syracuse University pada tahun 1949 dan kemudian mendapatkan gelar master di University of California pada dua tahun kemudian (1951) dan tidak nanggung-nanggung, beliau melanjutkan studi doktoralnya pada tahun 1953 di Columbia University. Edmund Feldman menciptakan teori kritik seni, bagaimana menilai atau menkritik seni secara objektif. Beberapa step kritik seni Feldman yaitu Deskripsi, Analisis, Interpretasi, dan Penilaian. Bisa kebayang gak bagaimana kita melihat sebuah karya seni trus pengen melihat mengkritik seni ternyata ada beberapa step yang harus dilalui agar kritikan dapat tepat sasaran dan fokus pada satu karya seni tersebut, kritikan juga harus berupa pendapat yang objektif sehingga kalau pengen menerjemahkan pemikiran ke tulisan, kritikan dapat diterima oleh masyarakat umum. 

        Lalu siapa nih bapak Primadi Tabrani? Dalam buku Bahasa Rupa karya beliau, bapak Primadi Tabrani ini adalah seorang pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung sejak 1970. Beliau lahir di Pamekasan, Madura, pada 16 September 1935. Prof. Primadi berdedikasi pada dunia seni rupa dan pendidikan anak. Hal itu diindikasikan dari pelatihan yang ia tempuh: Training in Tertiary Education, Terc. UNSW, Sydney, (1976); Naskah TV Pendidikan, With Distinction, Yogyakarta, (1977); Course in TV Production, lulus predikat With Distinction, Hilversum, Belanda, (1979); Naskah Drama TV Pendidikan, Pustekom, Jakarta, (1980); dan Evaluasi Formatif Media Pendidikan, Pustekkom, IKIP Jakarta, (1982) (kutipan : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/galerinasional/nang-primadi-tabrani-berpulang/). Beliau merupakan sosok yang sangat berkesan bagi penulis, walaupun penulis tidak pernah bertemu langsung dengan beliau. Teori bahasa rupa yang beliau kenalkan ke masyarakat umum membuat penulis sangat termotivasi untuk meminjam teori bahasa rupa sebagai teori dalam tugas kritik seni gaya Feldman ini. 




 

The Dead Pirate (2021)

Oleh Rhys Allen Basa Wood (Kelas 1 SD swasta Bali) 

18 cm x 18 cm

Pencil Color on Paper

 

Deskripsi

 Dalam bidang persegi yang warnanya didominasi dengan putih terdapat 1 buah objek menyerupai kepala tengkorak dengan 2 lingkaran hitam dan garis-garis horizontal dan vertikal menyerupai wajah dengan objek mnyerupai pakaian berwarna jingga dengan objek berbentuk U di atas objek yang menyerupai bentuk kerah baju. Disampingnya terdapat objek persegi panjang menyerupai pedang berwarna kuning dengan salah satu ujungnya berbentuk segitiga dan bentuk lingkaran pada ujung yang lain objek. Bentuk persegi panjang berbentuk L terdapat di kedua sisi objek yang berbentuk seperti pedang. Diatas objek yang menyerupai kepala tengkorak  tampah sebuah bentuk yang menyerupai topi berwarna hitam dan di bawah objek terdapat bentuk menyerupai sepatu berwarna hitam.

Di dalam objek yang menyerupai baju berwarna jingga terdapat 20 bentuk lonjong dan 5 bulat yang menyerupai kerangka tengkorak manusia. Beberapa bentuk segitiga membentuk objek menyerupai telapak tangan dan jari-jarinya.

 

Analisis Formal

            Terdapat garis-garis kontinu tebal berwarna hitam sebagai garis luar pada tiap-tiap objek. Garis-garis vertical tebal tipis digoreskan tidak beraturan berwarna jingga hampir memenuhi semua objek berbentuk baju dan celana. Garis-garis tegas hitam juga terlihat memenuhi objek sepatu, topi, dan tangan. Berbeda dengan garis jingga pada baju, garis pada sepatu terdiri dari garis hitam vertikal dan horizontal. Pada objek topi terdapat garis miring dan vertical. Terdapat garis yang sangat berbeda pada objek berbentuk pedang. Garis kontinu tebal berwarna hitam terdapat dalam objek pedang berbentuk segitiga dan dibuat sama 1 arah. Pada objek pedang ini terdapat garis arsir berwarna kuning yang hampir memenuhi objek pedang. 

            Objek pada gambar ini digambarkan tanpa garis tanah dan objek digambarkan dengan cara tampak depan. 

 

Interpretasi

Rhys Allen Basa Wood adalah seorang anak laki-laki dari kelas 1 SD di sebuah sekolah swasta di Bali. Saya mendapatkan sebuah informasi dari salah satu guru yang mengatakan Rhys adalah seorang anak SD yang senang bersosialisasi dan bermain di sekolah selayaknya anak-anak seumurannya. Dalam menggambar, Rhys memilih objek-objek mitologi yang terdapat di film animasi dan film laga. 

Menurut buku “Gambar anak dan Kisah-kisahnya” yang ditulis oleh Della Naradika, usia anak sangat mempengaruhi kemampuan mereka saat melukis. Rhys merupakan anak laki-laki dengan kisaran umur tujuh sampai sembilan tahun yang dimana sudah memasuki periode bagan. Periode bagan berarti anak sudah memahami konsep bentuk dan kesadaran akan ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak ataubase line. Penafsiran ruang bersifat subjektif, tampak pada gambar “tembus pandang”. Gejala ini disebut dengan Idioplastis (gambar terawang, tembus pandang) atau dalam bahasa rupa pak Primadi Tabrani disebut dengan Cara Sinar X. Kita dapat melihat hal tersebut pada gambar Ryhs yang memperlihatkan bentuk kerangka tulang badan manusia yang menerawang dari pakaian Bajak Laut berwarna Jingga pada gambar “The Dead Pirate”. 

·      Teori Primadi Tabrani

Pada gambar The Dead Pirate yang digambarkan oleh Rhys ini termasuk dalam NPM atau Naturalis-Perspektif-Momen-Opname dimana seniman “menembak” objek dari satu arah, satu jarak, satu waktu seperti memotret foto menjadi sebuah adegan. 

Dalam memahami gambar anak, kita perlu tahu bahwa adanya proses bagaimana anak-anak berkarya. Hal ini berhubungan dengan cara berfikir anak, komunikasi dan proses tumbuh kembang anak. Terdapat beberapa faktor dalam tumbuh kembang anak yang membuat anak kemudian dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam menggambar. 


2.   Pertumbuhan Susunan Syaraf dan Otak

Susunan syaraf vertikal dan horizontal, Hemisphere kiri dan kanan otak yang mempengaruhi tumbuh kembang anak dan menjadikan keseimbanbangan yang matang dan dinamis

 

3.    Cara Berfikir Anak

Alam mimpi, Magi dan Mite, serta partisipasi memungkinkan terjadinya proses kreasi.

4.    Kerja Sama Indera-Indera

    Proses menggambar anak bukan seutuhnya dari apa yang dia lihat, namun gambar anak merupakan sebuah representasi dari imajinasi mereka. Imajinasi ini dihasilkan dari beberapa proses diatas.


        Sebetulnya ada banyak lagi faktor dibalik gambar anak, termasuk juga aktifias-aktifitas yang dijalani anak-anak diluar sekolah seperti olahraga, menonton tv dan media-media yang tersedia sekarang. Namun 4 hal diataslah yang menurut saya dasar dari proses anak berkreasi yang perlu kita ketahui. Pada ulasan interpretasi dalam kritik seni karya Ryhs ini menurut saya kita perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor tersebut. 

Gambar anak sangatlah menarik karena menurut saya anak adalah seniman sesungguhnya. Pemikiran yang imajinatif pada anak-anak yang kemudian menurut saya menjadikan mereka seorang seniman ekspresionis yang sesungguhnya. 

Pada gambar Rhys ini, kita dapat melihat pengalaman imajinasi seniman dan sebuah karya yang ekspresif dilihat dari goresan-goresan garis dalam pewarnaan dari pensil warna yang seniman lakukan. Untuk melihat makna dibalik gambar Rhys ini, saya membagi gambar menjadi 3



-       Bagian A

Pada bagian ini saya memilih bagian objek yang berbentuk tengkorak kepala yang mengenakan topi lebar diatasnya. Bentuk topi ini menarik untuk saya. Seniman memilih untuk menggambarkan dengan gayanya sendiri walaupun bentuknya hampir mirip dengan gambar topi bajak laut pada umumnya.



Terdapat wajah tengkorak namun memiliki garis seperti mulut yang menunjukkan tidak adanya ekpresi.



-       Bagian B

Pada bagian ini, tampak badan tengkorak dengan cara sinar X dan menggunakan setelan baju dan celana berwarna jingga dengan kedua tangan yang digambar sejajar dengan badan. Hal menarik terlihat pada bentuk pedang yang digambar dengan posisi horizontal yang mengisyaratkan sikap siaga terhadap sesuatu. Bentuk pedang ini mirip dengan pedang bajak laut pada umumnya namun terdapat warna yang dihasilkan dari imajinasi sang seniman, yaitu kuning.





-       Bagian C

Pada bagian ini seniman menggambarkan sepasang sepatu berwarna hitam yang digunakan oleh bajak laut. Posisi kaki objek digambarkan tidak sejajar atau dalam posisi yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya sikap yang tenang namun juga siaga.





Dari beberapa penjelasan diatas, dapat saya simpulkan seniman memilih objek tengkorak sebagai representasi kematian sedangkan pedang dan topi pada objek tengkorak merepresentasikan bajak laut dan posisi pedang dan kaki objek pada gambar “The Dead Pirate” ini menggambarkan adanya ketenangan sekaligus kesiagaan seorang bajak laut yang sudah mati. 

Terdapat pesan yang tersirat dari gambar Rhys yang saya tangkap yaitu sampai kapanpun, kita harus tetap siap dan bersiaga untuk hal apapun yang akan menimpa hidup kita walapun akhirnya kematian akan menjemput kita.


Sumber

1.    Naradika, Della. Gambar Anak dan Kisah-Kisahnya. Yogyakarta : Gorga, September 2021

2.    Tabrani, Primadi. Bahasa Rupa. Jawa Barat : Kelir, 2005

3.    Perkembangan Seni Rupa Anak-Anak https://juliawankomang.wordpress.com/2015/11/16/perkembangan-seni-rupa-anak-anak/

Terimakasih

            Rhys Allen Basa Wood & Tegar Yudha Pratama (Guru)


(Foto Rhys Allen Basa Wood)



Comments